Minggu, 28 November 2021

Sepupuku Bukan Pacarku

28 November 2021

Kembali aku tuliskan kisah hidupku, kisah perempuan tunggal yang mungkin seumur hidup akan menjadi tunggal. Seorang single fighter yang selalu berjuang sendiri dan berpijak diatas kaki sendiri.

Berawal dari sebuah social media, aku dipertemukan dengan akun sepupuku sendiri, sepupu yang ketika SMP sempat tinggal dirumahku, dan ayahku sempat menjadi orang tua asuh baginya. Ketika SMP walaupun kami serumah, tak pernah sedikit pun kita saling bertegur sapa padahal kita satu sekolah, namun ketika bertemu di sekolah pun seolah kita tak saling mengenal. Tapi kini kita begitu dekat dan sangat dekat tanpa jarak.

Maret 2021 pertama kali kita mengobrol dengan arah alih-alih bertegur sapa menanyakan kabar keluarga masing-masing dan berbicara mengenai kerjasama untuk berbisnis, apalah itu yang ujungnya kami pun bertemu dan setelah beberapa kali bertemu dia menyatakan perasaannya padaku. Entahlah perasaan apa itu yang jelas dia menunjukkan rasa sayangnya padaku berbeda dengan laki-laki lainnya yang pernah dekat denganku, bahkan dia bisa membuatku nyaman dibanding mantan pacarku ketika dia masih menjadi pacar. Sepupuku apakah jadi pacarku? aku tak tahu hubungan apa ini? hubungan kita sudah terlampau amat sangat jauh namun tanpa arah dan tujuan. 

Kenyaman, itu yang sudah dia berikan padaku. Sosok laki-laki sebagai pengganti ayahku, namun tetap saja dia berbeda jauh dengan ayahku. Satu hal yang sama, cengeng! ya, ayahku dan dia memiliki kemiripan dengan hati yang rapuh dan melankolis cepat menangis padahal laki-laki.

Apakah wajar memiliki pasangan sepupu sendiri? yang jelas beberapa keluarga termasuk ibuku menentang keras. Entahlah aku harus berbuat apa dan bersikap seperti apa padanya. Di satu sisi aku sangat membutuhkan kehadirannya yang selalu membuatku nyaman, tapi di sisi lain ini hubungan yang tak wajar bahkan ditentang oleh ibuku sendiri. Aku tak mau jadi anak durhaka untuk kesekian kalinya, cukuplah sudah aku tak bisa membalas ketabahan almarhum ayahku yang menyikapi kenakalan dan ketidakpatuhanku atas wejangan-wejangannya. Kini hanya sesak dan sesal dalam mengenang ayahku, aku durhaka padanya dan sekarang aku bermain-main dengan ketidakwajaran dengan sepupuku sendiri, sepupu kesayangan ayahku.

Tuhan, aku sudah tak bisa membedakan mana rasa sayang, butuh dan benci. Sudah terlalu lama aku sendiri dan merasa diremehkan banyak laki-laki. Sampai tiba saatnya ada sosok laki-laki yang aku rasa dia tulus menyayangiku, dia tak lain adalah sepupuku sendiri yang masih ada hubungan darah. Apakah aku tak pantas untuk mendapatkan kembali jodoh yang wajar? 

Haruskah aku menjauh? atau tetap menjalin hubungan dengan bayang rasa bersalah terhadap keluargaku terutama orang tuaku? Tapi aku pun tak mau kehilangan sosoknya, sosok yang sudah mengorbankan waktu buatku, buat keluargaku.

Aku pasrah padamu Tuhan, jika ini jalan terbaik untukku aku ikuti arusnya baik harus tetap dekat ataupun menjauh. Aku akan tetap berusaha untuk tak mengecewakan siapapun karena aku menyayangi mereka yang menyayangiku. Doa terbaik adalah tetap meyakini apa yang ditakdirkan padaku, semoga kamu baik-baik saja dan mendapatkan jodoh terbaik walaupun bukan aku. Bahagialah dengan caramu dan aku pun akan bahagia dengan caraku.