Rabu, 31 Desember 2014

Perempuan itu

Mata itu terus menatapku tanpa berkedip dan akhirnya meneteskan air mata. Perempuan itu menatapku dengan wajah memohon dan mengatakan, "Tolong aku!".
Apa yang bisa aku perbuat, aku hanya bisa melihatnya dengan penuh keibaan.
Aku tak bisa berbuat apa-apa, aku hanya bisa mengusap air matanya dan berusaha untuk menghiburnya agar lebih kuat dalam menghadapi situasi seperti itu.
Perempuan itu terbaring lemas disebuah ranjang besi rumah sakit dengan kedua tangan dan kedua kakinya diikat ke tiap ujung tiang ranjang.
Entah itu treatment yang tepat atau bukan, tapi apakah tak ada cara lain untuk lebih manusiawi untuk menangani orang yang mengalami depresi seperti itu?
Yah, perempuan itu memang sempat mengamuk dan kabur dari rumah sakit tempat orang-orang mengalami gangguan mental. Namun haruskah diperlakukan demikian?
Laki-laki..karena laki-laki perempuan itu menjadi depresi dan dianggap gila oleh keluarganya. Karena sosok laki-laki pula perempuan itu menjadi amat sangatlah lemah dalam menghadapi realita hidupnya.
Selemah itukah seorang perempuan?
Karena kelemahannya itulah laki-laki bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Perempuan mungkin bodoh karena tak jarang mereka lebih menggunakan perasaannya daripada logikanya untuk menghadapi segala situasi yang ada.
Namun menurutku lebih bodoh laki-laki yang memanfaatkan logikanya untuk memperdaya perempuan yang tulus menyayanginya. Mungkin tak semuanya, tapi mayoritas dari sudut pandangku sendiri seperti itu.

2 komentar: