Amarah, ego, sifat kekanak-kanakan merundungi hubungan kami saat ini. Kami sama sama keras dan egois, apakah nanti akan baik baik saja setelah menikah?
Sosok laki-laki ini ayah dari 4 orang anak, tak mudah bagiku masuk secara emosional ke tengah kehidupan keluarganya. Kami sama sama memiliki anak gadis yang sudah cukup dewasa untuk melihat baik buruknya dunia. Mereka sudah mengerti hubungan kami, tapi entah masih ada yang mengganjal untuk hal itu. Mereka terlihat baik baik saja di depan tapi entah dihati mereka terdalam apalagi anak gadisnya yang pasti akan condong ke ibu kandungnya 100% dalam hal apapun.. Berat yang kurasa masuk di kehidupannya apalagi kehidupan anak anaknya yang sudah mendapatkan kasih sayang dari keluarga dia dan mantan istrinya.. Aku hanya bagian kecil iklan lewat menghiasi hidup mereka.
Bertahun tahun aku sudah berjuang dengan hidupku sendiri.. Apa aku salah ingin dimanja laki laki seperti ayahku? Apa aku salah dikala lelah bersandar dan istirahat dipelukan laki laki yang menyayangiku? Aku tak tau lagi apakah dia benar benar menyayangiku.. Semakin kesini semakin aku menemukan hal hal diluar harapan dan mimpiku.
Awal kenal dia mengaku sudah berpisah dan resmi bercerai, harapku disitu akhirnya aku menemukan sosok yang dicari selama ini..satu kekecewaan disaat dia jujur masih belum resmi bercerai.. Dunia berasa meruntuhkan harapan harapanku. Aku maafkan dan aku Terima, aku masih berharap ada harapan lainnya. Profesi dia sebagai pengepul singkong? Jelas aku Terima dan bersyukur disaat dia terpuruk masih ada niat usaha dan bekerja keras.. Aku kagum padanya, namun lambat laun akhirnya modalnya habis dan mungkin gara gara aku.. Dia banyak keluar uang buatku dan traktir keluargaku, harapan itu berubah menjadi rasa bersalah. Tapi tak apa.. Pasti ada harapan lain pasti ada pekerjaan yang bisa dia lakukan selama punya tangan dan kaki.. Apalagi dia menjanjikanku pernikahan dan perceraian resmi. Disaat dia ada uang pertama kalinya dia malah memberikan uang itu padaku.. Haru? Ya.. Karena selama ini tak ada laki laki yang memberiku uang dengan cuma cuma.. Dengan kebaikan kebaikannya membuatkanku bekal.. Masak buatku, harapan itu melambung sangat tinggi.. Namun setelah menunggu sebulan, dua bulan, tiga bulan.. Harapan itu semu, tak ada tanda tanda dia maju untuk bercerai.. Penghasilan pun tak ada lagi, dan sekalinya ada dipakai untuk kebutuhan lain yang memang seharusnya dia pakai untuk kebutuhan anak anaknya.. Bukan buat keperluan perceraian, lagi.. Aku digantung. Walaupun aku sangat berterima kasih sampai anakku dibelikan keperluan sekolah dengan nominal yang tidak kecil.. Tapi harapan itu berangsur pudar. Walaupun pada akhirnya pada bulan ketujuh dari apa yang sudah dia janjikan akhirnya dia maju meresmikan statusnya. Apakah aku senang dan harapan itu menggebu kembali? Entah.. Semuanya jadi hambar.. Dan ini yang sedang aku jalani sekarang. Ditengah cerita itu sebelum resmi bercerai dia sempat menemui mantan istrinya di belakangku, bahkan 2 kali. Wajarkah aku kecewa?? Wajarkah harapan harapan dan impianku pudar? Apa yang bisa aku harapkan lagi? Hanya berharap dan berdoa dia memiliki penghasilan. Tapi selalu yang terlontar perkataan pesimis dari mulutnya.. Pantaskah aku kecewa? Yaa aku kecewa lagi.. Harapan harapan dan mimpi itu terkalahkan dengan rasa kecewa sampai akhirnya hubungan ini tidak sehat.. Selalu ada perdebatan dengan berujung pertengkaran, selalu ada kecurigaan kecurigaan yang seharusnya kami bisa saling percaya. Tapi harapanku sudah terkubur oleh banyaknya kekecewaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar