Bandung, 26 Mei 2018
Hari itu akupun mengunjungi kota dimana banyak sekali kenangan disana. Kenangan baik suka maupun duka, walaupun mungkin aku merasakan banyak hal yang berkecamuk di dada ini. Sesak? Sedih? Ya..semuanya itu aku rasakan apalagi ketika melewati jalan dimana dulu aku tinggal disekitar sana. Tinggal bersama orang yang mungkin dulu aku sayangi. Sekarang? Entahlah, yang jelas aku berusaha untuk melupakannya, namun semua keteguhan hati itu kandas ketika ada keinginan dan dorongan besar untuk menemuinya. Bayangkan kita berada di atap langit dengan kota yang sama, mungkin hanya beberapa langkah aku berada ditempat yang begitu dekat dengannya. Namun mustahil aku bisa menemuinya, karena dia sudah punya kehidupan bersama orang lain yang tak mungkin aku ganggu. Akupun ada seseorang yang tak mungkin pula aku abaikan perasaannya. Entahlah, perasaanku berkecamuk pada hari itu. Ingin rasanya aku menemui orang yang walaupun sudah menyakiti dan meninggalkanku, tapi aku rindu. Aku tahu aku salah, tak seharusnya aku memiliki perasaan itu yang bisa menyakiti orang terdekatku saat ini. Maafkan, tapi ini kenyataannya. Setelah lama bertahun tahun aku coba tepis perasaan itu, perasaan yang tak pantas untuk orang yang kini sudah jelas meninggalkanku, yang sudah jelas menyakitiku..tapi aku masih saja berharap mendapatkan pengakuannya, pengakuan dimana aku seorang mantan istri yang masih memikirkannya. Maafkan, maafkan aku. Tapi ini kenyataannya, meskipun aku menyayangi orang terdekatku saat ini tapi aku tak bisa melupakan masa laluku. Biarlah kamu orang terdekatku saat ini yang memutuskan harus bagaimana, aku pasrah. Aku sudah tak peduli dibenci orang terdekatku karena perasaanku ini. Aku tak peduli dicaci maki istri mantan suamiku karena sudah mengganggu suaminya, dan akupun sudah tak peduli dengan dia mantan suamiku yang mengacuhkanku dan mungkin sudah ilfeel dengan tingkahku saat ini. Tuhan, bisakah hati ini melupakan semuanya? Saat ini posisiku sudah terbalik untuk mengganggu suami orang, tapi apakah aku tak punya hak untuk menghubunginya kembali walaupun itu urusan anak? Tapi mungkin akan ada orang yang dirugikan..sampai aku merasa sakit hati dengan perkataan istrinya.
Ya aku sekarang posisinya tak jauh berbeda dengan dia yang dulu merebut hati suamiku, tapi bedanya aku yang selalu mengejarnya, aku yang tak tahu malu terus mencari perhatiaanya walaupun dia terus menghindar. Tuhan beginikah rasanya menjadi orang yang tak dicintai, bahkan diabaikan.. Maafkan aku orang terdekatku..aku menyayangimu, tapi aku masih belum bisa 100 % melupakannya. Maafkan kalau aku masih suka plin plan dengan kondisi ini. Kamu selalu mengerti aku, tapi aku malah seperti ini. Maafkan..terserah padamu sekarang, karena aku selalu menyakitimu padahal kamu selalu sabar menghadapiku. Kamu diam karena itu pilihan terbaikmu untuk meredakan emosiku maupun emosimu. Apabila sudah begini dan kamu tahu semuanya tentang aku dan perasaanku, apakah kamu masih mau bertahan? Ataukah sudah lelah dan sakit hati?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar